Halau Covid-19 dengan "APITAN"

  • zaens
  • Jul 19, 2020

DEMAK (SID) – Bulan Apit (Zulhijah), dalam tradisi sebagian masyarakat Demak (Jateng), menjadi bulan pelaksanaan “Sedekah Bumi” /Apitan. Yaitu sebuah ritual syukuran yang digelar warga, karena kehidupan kurun setahun sebelumnya diberikan banyak rejeki dan kesehatan dari Allah. Dalam ritual sedekah bumi tersebut, warga membawa nasi (ambengan) atau jajanan ke tempat Sespuh desa penguasa desa dan sebelumnya dilakukan nyekar ke makam pendiri atau cikal bakal desa (punden). Selain doa bersama (kenduri), biasanya dilanjutkan pentas hiburan, sesuai yang disuka warga setempat. Bisa ketoprak, wayang kulit, termasuk musik dangdut. [video width="480" height="360" mp4="uploads/sites/847/2018/07/Taleal-Bedru-Aleynā-Šejla-Kadić-Bosna.mp4"][/video] [gallery columns="4" size="medium" ids="1390,1391,1392,173"] Namun ritual tahunan yang sudah berlangsung sekian lama tersebut, pada tahun 2020 ini tidak bisa terlaksana secara utuh. Itu disebabkan adanya pandemi (wabah) Covid19. Sehingga beberapa desa ada yang menunda sedekah bumi. Tetapi tidak sedikit juga, desa yang tetap menggelar kegiatan syukuran tahunan tersebut. Salah satunya desa yang menggelar ritual sedekah bumi adalah Desa Karangejo kecamatan Wonosalam. Kegiatan berlangsung di tempat-tempat ibadah yaitu di masing-masing mushola dalam wilayah RW masing-masing. Sedangkan ritual “Angklang Desa/ Nyiwer Desa” dilaksanakan secara simbolis oleh pemangku desa yaitu Kepala Desa dan perangkatnya, dengan cara mengelilingi halaman rumah kepala desa dengan protokoler adicara oleh sesepuh desa. [caption id="attachment_1391" align="alignnone" width="640"] Banter tanjidor[/caption] “Sedekah Bumi itu wajib. Karena bentuk syukuran warga ke Tuhan Maha Pencipta” kata H. Sutoto, S.Ag.MH ketua BPD, Karangrejo (18/7). Menurut Kades Karangrejo, Akhmad Kuwoco, karena terjadi pandemi Covid19, maka ada beberapa pengubahan ritual sedekah bumi. Diantaranya, tidak ada pagelaran wayang kulit atau ketoprak. Seperti yang biasanya digelar pada acara serupa pada tahun-tahun sebelumnya. “Warga datang syukuran di rumah kades hanya undangan tertentu saja dan hanya RT. 003 RW. 005 Tegalrejo Krajan. Sedangkan warga dukuh lainnya melaksanakan Tasyakuran Apitan di masing-masing musholla di wilayah masing-masing, untuk menghindari kerumunan masa sesuai standar protokol penanganan covid-19. Yang patut disayangkan pelaksaan sedekah bumi di Desa Karangrejo Kecamatan Wonosalam, warga datang acara syukuran di rumah kades dan di masing-masing musholla, Sabtu (18/7). Mereka banyak yang tidak memakai masker untuk mentaati aturan protokol covid-19, Hal ini membuktikan, jika warga yang di pelosok pedesaan, masih banyak yang tidak mengindahkan protokol kesehatan, seperti yang diharapkan penerintah. (Diancuuukk).